Pameungpeuk Spaceport

Space Tourism Indonesia

Kamis, 01 Juli 2010

'Life was possible all over Mars'

Kamis, 01 Juli 2010 | 1 komentar
Conditions suitable for life -- most notably the presence of water -- may once have existed all over Mars, the European Space Agency (ESA) has said.

Hydrated silicate minerals were found by the ESA's Mars Express and NASA's Mars Reconnaissance orbiters in northern lowlands of the Red Planet, a clear indication that water once flowed there, ESA said in a statement Friday ahead of the publication of a study in journal Science.

Water was present on the surface of Mars four billion years ago but lasted for only a few hundred million years, according to principal investigator Jean-Pierre Bibring from the University of Paris.

"It shows that there was water, but not in the form of a large ocean", Bibring said, adding that the Martian crust was hydrated in the same manner in the north and south.

The conclusions contradict those of an American team, who in a study published June 13 in Nature Geoscience journal said a vast ocean covered a third of the surface 3.5 billion years ago.

"Mars had already lost its atmosphere 3.5 billion years ago, water was no longer stable in the liquid state on the surface," said Bibring.

"Huge streams were able to flow, but the lack of surface water meant permanent oceans could not be fed," he said.

"If the pressure and the temperature would not permit water to exist in a stable liquid state, some would evaporate and leave the planet, while water could also enter the soil," he said.

"It could remain on the surface for days or weeks, but not millions of years," he said.

The hydrated silicate minerals were found in sizeable impact craters in the northern plains which punched down several kilometers, exposing ancient crustal material.

The ESA had previously discovered similar minerals in the southern highlands

read more

Selasa, 08 Juni 2010

Mozambik Minat Kerjasama Dengan Lembaga Antariksa LAPAN

Selasa, 08 Juni 2010 | 0 komentar
Dunia internasional memandang serius terhadap keberadaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), buktinya berbagai tawaran kerja sama di bidang kedirgantaraan baik dari negara maju dan berkembang berdatangan tahun ini.

Mozambik, melalui duta besarnya Carlos Agostinho Do Rosario, Rabu (7/4) mengunjungi kantor pusat Lapan di Jakarta, juga untuk menjajaki kerja sama dalam bidang kedirgantaraan.

Dalam kunjungannya, Carlos Agostinho menyampaikan bahwa Mozambik ingin mempelajari organisasi lembaga antariksa dan kemandirian Indonesia dalam bidang kedirgantaraan akan dicontoh oleh negara di benua Afrika itu.

Negara ini bermaksud membangun lembaga keantariksaan dengan asistensi Lapan, demikian kata Lapan dalam siaran persnya.

Fokus yang paling tepat untuk Mozambik dalam pembangunan lembaga antariksa adalah di bidang aplikasi data satelit penginderaan jauh.

Dalam pertemuan dengan Kepala Lapan Dr Adi Sadewo Salatun Msc, disepakati bahwa Mozambik akan mengirimkan para ahlinya untuk mempelajari teknologi dan aplikasi penginderaan jauh yang ada di Lapan.

Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun mengatakan, keberhasilan Lapan dalam pengembangan roket dan satelit telah menarik minat Mozambik untuk bekerja sama.

NASA Kunjungi LAPAN

Perhatian dunia pada Lapan semakin baik saat ini. Hal ini terlihat dari kunjungan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ke Lapan, 3 Februari lalu.

Dalam kunjungan tersebut, NASA menawarkan kepada Lapan untuk bekerja sama di bidang ilmu pengetahuan kedirgantaraan, salah satunya mengenai penyediaan data satelit penginderaan jauh. Data satelit tersebut bermanfaat untuk observasi bumi guna penanggulangan bencana dan ketahanan pangan.

Usai lawatan NASA, berturut-turut Lapan mendapat kunjungan kerja sama dari Cina dan India. Cina mengajak Lapan menindaklanjuti kerja sama tracking satelit di wilayah Indonesia dengan menggunakan kapal Yuan Wang.

Yuan Wang memuat berbagai peralatan untuk pengendalian dan pemanduan jarak jauh atau Telemetry, Tracking, and Command (TT&C). Sebelumnya, Kapal Yuan Wang melakukan misi pertama di Indonesia pada April 2007. Rencananya, Yuan Wang akan melaksanakan misi kedua di Indonesia pada Agustus 2010.


Satelit Lapan-Tubsat dimuat ke badan roket India (foto: Lapan)

Sementara India dan Indonesia akan membentuk komisi bersama di bidang keantariksaan. Komisi ini bertujuan mendorong pengembangan implementasi kerja sama keantariksaan kedua negara.

Selama ini Lapan telah menjalin berbagai kerja sama dengan India, salah satunya adalah peluncuran satelit Lapan-Tubsat dengan menggunakan roket India pada Januari 2007. Lapan juga telah menandatangani kontrak kerja sama peluncuran satelit kembar (Twinsat) pada 2011 dengan menggunakan roket milik India.

Hingga kini, Lapan telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara seperti Rusia, Australia, Jerman, Jepang, dan Ukraina.

Kunjungan NASA, Cina, India, dan Mozambik, serta berbagai kerja sama yang telah dijalin menunjukkan bahwa Lapan memiliki arti penting bagi ilmu pengetahuan kedirgantaraan dunia.

read more

Kamis, 04 Maret 2010

Lapan: Badai Matahari Terjadi Antara 2012-2015

Kamis, 04 Maret 2010 | 0 komentar
Film fiksi ilmiah '2012' yang menceritakan tentang terjadinya badai matahari (flare) bukan isapan jempol belaka. Flare diperkirakan akan terjadi antara tahun 2012-2015. Namun, tak serta merta hal itu melenyapkan peradaban dunia.

"Lapan memperkirakan puncak aktivitas matahari akan terjadi antara 2012 hingga 2015. Pada puncak siklusnya, aktivitas matahari akan tinggi dan terjadi badai matahari," ujar Kabag Humas Lapan Elly Kuntjahyowati dalam rilis yang diterima detikcom, Kamis (4/3/2010).

Flare tersebut, imbuhnya, merupakan salah satu aktivitas matahari selain medan magnet, bintik matahari, lontaran massa korona, angin surya dan partikel energetik. Ledakan-ledakan matahari itu, bisa sampai ke bumi. Namun, flare yang diperkirakan akan terjadi itu tak akan langsung membuat dunia hancur.

"Masyarakat banyak yang menghubungkan antara badai matahari dengan isu kiamat 2012 dari ramalan Suku Maya. Ternyata dari hasil pengamatan Lapan, badai matahari tidak akan langsung menghancurkan peradaban dunia," imbuhnya.

Efek badai tersebut, lanjut dia, yang paling utama berdampak pada teknologi tinggi seperti satelit dan komunikasi radio. Satelit dapat kehilangan kendali dan komunikasi radio akan terputus.

"Efek lainnya, aktivitas matahari berkontribusi pada perubahan iklim. Ketika aktivitas matahari meningkat maka matahari akan memanas. Akibatnya suhu bumi meningkat dan iklim akan berubah," jelas Elly.

Partikel-partikel matahari yang menembus lapisan atmosfer bumi akan mempengaruhi cuaca dan iklim. Dampak ekstremnya, bisa menyebabkan kemarau panjang. Namun hal ini masih dikaji oleh para peneliti.

Lapan pun berniat mensosialisasikan dampak aktivitas matahari ini ke masyarakat. Sosialisasi Fenomena Cuaca Antariksa 2012-2015 pun akan digelar di Gedung Pasca Sarjana lantai 3, Universitas Udayana, Jl Jenderal Sudirman, Denpasar, Bali pada 9 Maret 2010 pukul 11.00 Wita.

read more

Kamis, 18 Februari 2010

India became the fourth country to have successfully developed an Anti-ballistic missile system

Kamis, 18 Februari 2010 | 0 komentar
PAD was tested in November 2006, followed by AAD in December 2007. With the test of the PAD missile, India became the fourth country to have successfully developed an Anti-ballistic missile system, after United States, Russia and Israel.[5] On March 6, 2009, India again successfully tested its missile defense shield, during which an incoming "enemy" missile was intercepted at an altitude of 75 km.

More

read more

Prithvi Air Defense (PAD)

0 komentar
An anti-ballistic missile (ABM) is a missile designed to counter ballistic missiles (a missile for missile defense). A ballistic missile is used to deliver nuclear, chemical, biological or conventional warheads in a ballistic flight trajectory. The term "anti-ballistic missile" describes any antimissile system designed to counter ballistic missiles. However the term is used more commonly for ABM systems designed to counter long range, nuclear-armed intercontinental ballistic missiles (ICBMs).

More

read more

Boundary Layer Radar (BLR) Observation Data

0 komentar
If you acquire Kototabang-BLR data, we ask that you acknowledge us in your use of the data. This may be done by including text such as Kototabang-BLR data provided by Research Institute for Sustainable Humanosphere of Kyoto University. We would also appreciate receiving a copy of the relevant publications. Thank you!

More

read more

Radar Atmosfer Equare (EAR) Kototabang merupakan radar Atmosfer Katulistiwa terbesar dan termodern di dunia

0 komentar
Perilaku iklim dapat dimonitor dengan adanya Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang mempunyai tugas melaksanakan pengamatan, pengolahan, perekaman/perekam dan pelaporan data. Meteorologi parameter klimatologi atmosfer tonosfer, geomagnet dan pemeliharaan alat agar dapat beroperasi sebaik mungkin.

Pada saat ini terdapat 560 antena Radar Atmosfer Equare (EAR) dan Indonesia merupakan radar Atmosfer Katulistiwa terbesar dan termodern di dunia setelah negara Peru, India, dan Jepang. Pada hari Minggu, 25 Desember 2005 Menristek, Kusmayanto Kadiman dan Kepala LIPI Umar Anggara Jenie, Deputi dari Kominfo Widiadnyana Merati, Sestama BPPT Jumain, Appe, serta Deputi BPPT Jana Anggadiredja melakukan kunjungan kerja ke Kototabang – Sumatera Barat. Menristek menyarankan agar kegiatan LAPAN di Kototabang diintegrasikan dengan Grand Scenario Tsunami Early Warning System.

Selain itu juga petani di Sumatera Barat sangat terbantu dengan adanya EAR ini karena dapat mengetahui persisnya kapan musim tanam, demikian pernyataan dari para petani yang hadir di acara tersebut.

Selanjutnya Menristek juga meninjau Pemantau Atmosfer Global (GAW) – BMG yang juga merupakan satu dari 22 di dunia. Di tempat ini dapat melihat perilaku equator. Dipilihnya Kototabang merupakan lokasi yang paling bersih dari polusi.

read more

Indonesia's Success Story

-::[AIRCRAFT CARRIER INDONESIA]::-

Recent Posts

Jet Airliner N 2130

 

NIAS SPACEPORT

Morotai Spaceport

Biak Spaceport